Dalam pergaulan sehari hari
barangkali kita pernah mendengar kata “pede” . Pede merupakan singkatan p dan d
kepanajangan dari percaya diri. Sebuah ungkapan bernada motivasi yang
disampaikan kepada seseorang untuk melakukan
sesuatu yang dia rasakan menjadi beban, misalnya rasa malu, rendah diri,
minder dan sebagainya. Semakin tidak percaya diri maka semakin menurun semangat
kita , sebaliknya semakin naik rasa
percaya diri kita maka semakin naik semangat kita. Persepsi diri kita akan
berdampak terhadap persepsi orang lain.
Semakin baik persepsi kita terhadap diri
kita sendiri maka kemungkinan berhasiol akan semakin besar.
Untuk membangun kepercayaan diri,
maka yang perlu dirubah adalah pola pikir (mind set) dan attitude (sikap).
Adapun beberapa strategi untuk membangun
rasa percaya diri adalah :
1. Temukan
keinginan terbesar kita.
Kita akan
lebih percaya diri jika menemukan impian yang diharapkan . Ketika memiliki
impian dan hasrat untuk memperolehnya maka kita akan lebih percaya diri, dan melakukan
segala hal untuk meraih impian itu.
2. Membuat
planning dan merealisasikannya
Buatlh rencana
untuk meraih impian atau keinginan kita.
Jika kita mempunyai rencana yang bisa dilakukan, maka lakukanlah dengan
optimis dan yakinkan diri kita bahwa kita bisa.
3. Jujur
terhadap diri sendiri
Temukan
kelebihan dan kekurangan diri sendiri. Mantapkan tekad dan keinginan. Dengan
demikian maka akan lebihn berani dalam melangkah menghadapi tantangan.
Selain tiga
hal tersebut diatas perlu dilakukan aplikasi dan praktekkan 5 hal berikuit ini
untuk menunjang rasa kepercayaan diri diatas, yaitu :
a. Berjalan
cepat
Hal ini
mengesankan seorang yang sibuk dan menghargai waktu.
b. Gestur
yang baik
Gerak gerik,
duduk, berdiri, menatap orang lain akan menentukan kesan seseorang yang malas atau semangat, meyakinkan atau
meragukan
c. Duduk
dibarisan depan.
Bila ini
dilakukan dan dibiasakan akan membuat kepercayaan diri akan semakin besar,
tidak malu atau minder. Dan terkesan menjadi orang yang diperhitungkan.
d. Selalum
berpakaian rapi
Akan menimbulkan
kesan yang orang yang sopan dan orang lain akan hormat.
MENJADI MANUSIA
LANJUT USIA TIDAK BERDAYA, ...BENARKAH ?
Banyak para
pejabat publik maupun profesional ketika usaha sudah menginjak 50 tahun keatas
mulai merasa cemas dan merasa takut menghadapi masa pensiun. Pertanyaannya
kenapa mesti takut atau cemas ?
Ini kenyataan
yang dialami oleh beberapa orang yang belum siap menghadapi masa pensiun, ada bayangan buruk, bayangan kesedihan ada
dibenak mereka, seolah olah pensiun itu kondisi yang tidak menyenangkan, merasa
menganggur, tidak berguna, loyo ,
terasing dan sudah tidak dihargai orang bahkan ada yang ditakuti yakni
tidak berdaya. Benarkah demikian... ?
Menurut para
ahli bahwa bahwa apabila seseorang sudah
menginjak usia 50 tahun, maka dikatagorikan akan memasuki dunia manusia lanjut
usia (lansia). Konon persepsi yang timbul bagi manusia lansia adalah sosok
orang tua yang rapuh, lemah dan tidak berdaya. Persepsi tersebut bisa benar
bisa tidak, karena dalam kenyataan memang ada dan terjadi’. Dikatakan benar
karena dari pihak lansia sendiri “membiarkan diri” untuk mau digelari seperti
itu.
Adalagi
kecemasan beberapa orang, bahwa kedatangan masa pensiun adalah siap siap dengan
kondisi “tidak punya apa apa”, tidak dihormati
dan tidak memiliki kekuasaan. Lalu jadilah orang orang yang tersisih,
tidak berguna dan menjadi seseorang yang “kesepian” ditengah tengah keramaian;
kemudian stress dan sakit..
Menurut hemat
penulis yang juga tergolong lansia, bahwa ungkapan ungkapan dan gambaran diatas tidak semuanya benar tetapi tidak
semuanya salah. Kenyataannya ada beberapa orang lansia pasca pensiun yang
hidupnya kelihatan sehat, nyaman,
bahagia bersama istri atau suami mereka dalam menjajalani kehidupan dihari itua
mereka. Tetapi ada beberapa lansia mengalami hal hal yang sebaliknya. Ada yang
diawal awal pensiun merasa stress bahkan mengalami apa yang umum disebut dengan
“ Power Syndrome “, namun berangsur angsur beberapa tahun kemudian bisa
menerima dan bisa adaptasi dengan lingkungan. Bahkan ada juga yang habis “down”
berusaha bangkit kembali, sadar, menerima kenyataan, bisa bersyukur dan
kemudian aktif kembali seperti baru dilahirkan. Penulis banyak menjumpai orang
lansia yang memiliki kondisi bermacam macam. Yang cukup mengesankan penulis menjumpai
lansia yang masih tetap semangat,
berkarya, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan dan masyarakat. Dan
banyak juga yang ikut dalam berbagai komunitas baik yang bersifat untuk sekedar
kesenangan (hobbi) untuk kesegaran jasmani seperti klub sepeda gunubng, klub
senam lansia, klub kesenian dan olah raga lainnya. Ada yang mengkhususkan
dirinya dalam aktifitas spiritual/ibadah, pengajian pengajian, menjadi takmir masjid, menjadi pengurus
Yayasan dan berbagaai organisasi
sosial/pendidikan bahkan politik, dan bahkan ada juga yang masih aktif dan masih
kuat membuat produk produk berbagasi kerajinan yang memiliki nilai ekonomis,
demikian juga ada yang masih melanjutkan bisnis2 lain dalam skala yang berbeda beda.
Jadi kesimpulannya kondisi lansia itu macam macam. Tergantung. (Bdm)
Be the first to reply!
Posting Komentar