Kamis, 03 Agustus 2017

MEMBANGUN KEPERCAYAAN DIRI




Dalam pergaulan sehari hari barangkali kita pernah mendengar kata “pede” . Pede merupakan singkatan p dan d kepanajangan dari percaya diri. Sebuah ungkapan bernada motivasi yang disampaikan kepada seseorang untuk melakukan  sesuatu yang dia rasakan menjadi beban, misalnya rasa malu, rendah diri, minder dan sebagainya. Semakin tidak percaya diri maka semakin menurun semangat kita , sebaliknya semakin naik  rasa percaya diri kita maka semakin naik semangat kita. Persepsi diri kita akan berdampak  terhadap persepsi orang lain. Semakin baik persepsi kita  terhadap diri kita sendiri maka kemungkinan berhasiol akan semakin besar.
Untuk membangun kepercayaan diri, maka yang perlu dirubah adalah pola pikir (mind set) dan attitude (sikap). Adapun beberapa strategi untuk membangun  rasa percaya diri  adalah :
1.       Temukan keinginan terbesar kita.
Kita akan lebih percaya diri jika menemukan impian yang diharapkan . Ketika memiliki impian dan hasrat untuk memperolehnya maka kita akan lebih percaya diri, dan melakukan segala hal untuk meraih impian itu.
2.       Membuat planning dan merealisasikannya
Buatlh rencana untuk meraih impian  atau keinginan kita. Jika kita mempunyai  rencana  yang bisa dilakukan, maka lakukanlah dengan optimis dan yakinkan diri kita bahwa kita bisa.
3.       Jujur terhadap diri sendiri
Temukan kelebihan dan kekurangan diri sendiri. Mantapkan tekad dan keinginan. Dengan demikian maka akan lebihn berani dalam melangkah menghadapi tantangan.
Selain tiga hal tersebut diatas perlu dilakukan aplikasi dan praktekkan 5 hal berikuit ini untuk menunjang rasa kepercayaan diri diatas, yaitu :
a.       Berjalan cepat
Hal ini mengesankan seorang yang sibuk dan menghargai waktu.
b.      Gestur yang baik
Gerak gerik, duduk, berdiri, menatap orang lain akan menentukan kesan seseorang  yang malas atau semangat, meyakinkan atau meragukan

c.       Duduk dibarisan depan.
Bila ini dilakukan dan dibiasakan akan membuat kepercayaan diri akan semakin besar, tidak malu atau minder. Dan terkesan menjadi orang yang diperhitungkan.

d.      Selalum berpakaian rapi
Akan menimbulkan kesan yang orang yang sopan dan orang lain akan hormat.
MENJADI MANUSIA LANJUT USIA TIDAK BERDAYA, ...BENARKAH ?

Banyak para pejabat publik maupun profesional ketika usaha sudah menginjak 50 tahun keatas mulai merasa cemas dan merasa takut menghadapi masa pensiun. Pertanyaannya kenapa mesti takut atau cemas ?
Ini kenyataan yang dialami oleh beberapa orang yang belum siap menghadapi masa pensiun,  ada bayangan buruk, bayangan kesedihan ada dibenak mereka, seolah olah pensiun itu kondisi yang tidak menyenangkan, merasa menganggur, tidak berguna, loyo ,  terasing dan sudah tidak dihargai orang bahkan ada yang ditakuti yakni tidak berdaya. Benarkah demikian... ?

Menurut para ahli bahwa bahwa apabila seseorang  sudah menginjak usia 50 tahun, maka dikatagorikan akan memasuki dunia manusia lanjut usia (lansia). Konon persepsi yang timbul bagi manusia lansia adalah sosok orang tua yang rapuh, lemah dan tidak berdaya. Persepsi tersebut bisa benar bisa tidak, karena dalam kenyataan memang ada dan terjadi’. Dikatakan benar karena dari pihak lansia sendiri “membiarkan diri” untuk mau digelari seperti itu.

Adalagi kecemasan beberapa orang, bahwa kedatangan masa pensiun adalah siap siap dengan kondisi “tidak punya apa apa”, tidak dihormati  dan tidak memiliki kekuasaan. Lalu jadilah orang orang yang tersisih, tidak berguna dan menjadi seseorang yang “kesepian” ditengah tengah keramaian; kemudian stress dan sakit..

Menurut hemat penulis yang juga tergolong lansia, bahwa ungkapan ungkapan dan gambaran  diatas tidak semuanya benar tetapi tidak semuanya salah. Kenyataannya ada beberapa orang lansia pasca pensiun yang hidupnya kelihatan sehat,  nyaman, bahagia bersama istri atau suami mereka dalam menjajalani kehidupan dihari itua mereka. Tetapi ada beberapa lansia mengalami hal hal yang sebaliknya. Ada yang diawal awal pensiun merasa stress bahkan mengalami apa yang umum disebut dengan “ Power Syndrome “, namun berangsur angsur beberapa tahun kemudian bisa menerima dan bisa adaptasi dengan lingkungan. Bahkan ada juga yang habis “down” berusaha bangkit kembali, sadar, menerima kenyataan, bisa bersyukur dan kemudian aktif kembali seperti baru dilahirkan. Penulis banyak menjumpai orang lansia yang memiliki kondisi bermacam macam. Yang cukup mengesankan penulis menjumpai lansia yang masih  tetap semangat, berkarya, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan dan masyarakat. Dan banyak juga yang ikut dalam berbagai komunitas baik yang bersifat untuk sekedar kesenangan (hobbi) untuk kesegaran jasmani seperti klub sepeda gunubng, klub senam lansia, klub kesenian dan olah raga lainnya. Ada yang mengkhususkan dirinya dalam aktifitas spiritual/ibadah, pengajian pengajian,  menjadi takmir masjid, menjadi pengurus Yayasan dan berbagaai organisasi  sosial/pendidikan bahkan politik,  dan bahkan ada juga yang masih aktif dan masih kuat membuat produk produk berbagasi kerajinan yang memiliki nilai ekonomis, demikian juga ada yang masih melanjutkan bisnis2 lain dalam skala yang berbeda  beda.  Jadi kesimpulannya kondisi lansia itu macam macam. Tergantung. (Bdm)

Be the first to reply!

Posting Komentar

 
back to top